![]() |
| Imba |
Fenomena Imba
Oleh: Arline JK Tandiapa
SEMBILAN tahun lalu, ketika saya pertama kali terjun di profesi kewartawanan, nama Jimmy Rimba Rogi belum sepopuler saat ini. Imba saya kenal pertama kali sebagai seorang anggota Dekot Manado duduk di Komisi D. Kebetulan Dekot Manado merupakan pos liputan pertama saya ketika reporter di Manado Post, induk Harian Tribun Sulut.
Namanya memang saat itu, sudah mulai dikenal, namun lebih karena jabatannya sebagai Ketua Harian KONI Sulut. Dari sejumlah referensi dan penuturan kawan-kawan seprofesi maupun kenalan politisi, karir politik Imba dirintis dari nol. Berangkat dari latar belakang seorang pengusaha, Imba mencoba masuk dunia politik dengan menjabat Ketua Golkar Teling. Perlahan Imba memastikan langkahnya di dunia politik. Posisinya sebagai Ketua Golkar Kecamatan menghantarnya masuk Gedung Tikala sebagai wakil rakyat. Namanya makin membooming ketika berhasil merebut Ketua Golkar Manado sekaligus terpilih Ketua Dekot Manado.
Di posisi inilah, nama Imba melejit bagai meteor. Dari orang nomor satu di legislative, Imba berhasil meraih top eksekutif Kota Manado sebagai Walikota. Ibarat di lintasan tol, Imba kemudian melenggang mulus merebut jabatan politis sebagai Ketua Golkar Sulut saat Musdalub menggantikan almarhum AJ Sondakh. Dalam rentang lima tahun terakhir, sosok Imba dikenal seantero Sulut. Bintang terang nampaknya sedang menaungi pria tambun ini. Saking fenemonalnya, meski pemilihan gubernur Sulut nanti digelar 2010, Imba sudah dinobatkan sebagai calon tunggal Golkar untuk calon gubernur mendatang.
Pengusutan kasus dugaan korupsi APBD Manado 2006 oleh KPK membuat nama Imba makin melambung. Bedanya, kali ini kepopulerannya bukan sesuatu yang berhubungan dengan prestasi. Seluruh media local bahkan nasional gencar memblow-up kasus ini. Imba (dan keluarga) menjadi bulan-bulanan. Status tersangka yang melekat padanya kini, membuat public berasumsi dewi fortuna kini sudah menjauh dari pria berbadan subur ini.
Namun, bukan Imba namanya jika tak bisa menguasai situasi. Ucapannya di salah satu harian local baru-baru ini, membuat saya harus melihat sisi lain dari seorang Imba. Jujur, kata-katanya yang dilansir harian tersebut membuat saya terpukau. Ketika public mulai menghakiminya, Imba tampil sebagaimana pribadinya yang asli saya kenal dalam alamatan hubungan pers dan tokoh public. Ucapannya di harian tersebut seolah menunjukkan ‘inilah saya…Imba’. Dari sisi ilmu komunikasi, inilah yang disebut kekuatan kata-kata. Dan Imba memang jagonya dalam hal ini. Publik yang kebetulan membaca, bisa jadi mulai menganalisa kembali kasus ini. Setidaknya, asumsi vonis ala public mendahului proses hukum mulai ditarik kembali. “Kalau pun bersalah tak perlu diborgol, cukup tunjukkan di mana penjaranya saya sendiri yang akan masuk’’. Kata-katanya yang polos seperti biasa justru memancarkan aura keyakinan.
Orang bisa saja menyebut Imba bodoh, kampungan, tidak elegan, slengean, asal-asalan dan berupa sebutan negative lainnya. Tapi, bagi saya Imba lebih pas disebut unik. Dan, keunikan tersebut justru yang menjadi kelebihan sekaligus kekuatan pribadi Imba. Dengan keunggulannya yang unik tersebut, Imba menjadi seorang yang berkarakter kuat.
Imba pintar memainkan irama kepemimpinannya baik sebagai pemimpin rakyat maupun sebagai pemimpin partai dengan karakternya tersebut. Dia tahu menutupi segala kekurangan dan kelemahannya, dengan sisi pribadinya yang unik tersebut. Imba tahu bagaimana dia harus bersikap bagaimana pun situasi dan kondisi yang sedang melingkupinya. Dia tak mudah menyerah terhadap sebuah situasi, pun ketika orang sudah berpikir, untuk kali ini Imba bakal kalah. Dan banyak yang akan geleng-geleng kepala ketika Imba mampu membalikkan situasi. Banyak sudah contoh nyata dalam diri Imba yang sudah membuktikan hal tersebut. Ketika dia yakin dengan keputusannya, haram baginya untuk menyerah. Penertiban PKL salah satu contoh kekuatan karakternya yang dimainkan lewat kata-kata. “Seribu kali mereka (PKL) melawan, seribu kali saya tertibkan’’ Imba konsisten dengan keputusannya.
Di internal partai pun, Imba lihai menunjukkan ketokohannya. Ketika, sejumlah partai konflik mengenai nomor urut, termasuk kader-kader golkar yang mulai ribut memperebutkan nomor sakti, Imba dengan entengnya berucap, konflik golkar cukup diselesaikan di warung kopi. Selesai. Ketika ucapan sakti tersebut terlontar, tak ada lagi kader golkar yang gontok-gontokkan soal nomor urut.
Kini, Imba kembali diuji. Untuk sejenak, public seolah mulai berkesimpulan jika kali ini Imba bakal jatuh. Publik di negeri ini paham betul, jika penanganan kasus di tangan KPK kecil sekali peluang untuk lolos. Saya bukannya meragukan KPK atau membela Imba. Apapun bentuk penegakan supremasi hukum apalagi pemberantasan korupsi harus disuport penuh. Sekali lagi tulisan ini hanya mau melihat sisi lain kepribadian Imba. Benar, dalam kasus ini, Imba bisa disebut sudah ‘jatuh’. Namun, sebuah kalimat bijak mengatakan, kehebatan seseorang bukan dilihat karena tak pernah jatuh, tapi mampu bangkit kembali setiap kali jatuh. Jika Imba bisa melewati ujian ini, bintangnya mungkin akan semakin terang dan publik Manado bahkan Sulut masih akan terus menikmati fenomena Imba, karena Imba memang fenomenal. (*)
Jimmy 'Imba' Rogi
Jimmy 'Imba' Rogi

semua ada masa dan ketikanya...senjakala kita mungkin berharap masa keemasan itu kan tiba kedua kali...namun tak disadari ternyata itu semua telah berlalu...cukuplah ...Pak Imba...bila mungkin Tuhan berkenan sgalanya akan tetap baik
BalasHapussalam kenal ya mbak
BalasHapusThx Kex n Juf
BalasHapus